Tin Hijau

Wednesday 25 February 2015

Tin Hijau


bibit-cangkokan-tin-hijau

Sebagian orang percaya kalau buah tiin (Ficus carica) adalah buah suci dari taman surgawi. Sedangkan literatur sejarah mencatat kalau buah tiin berasal dari Arab dan sudah ada semenjak 4000 tahun sebelum masehi. Sekarang pohon tiin telah banyak tumbuh dan dibudidayakan secara moderen di negara-negara Timur Tengah, daerah Mediterania bahkan di Indonesia. Mentah-Matang Sama Lezatnya Buah muda biasanya dikonsumsi sebagai olahan sayur, dimasak dengan aneka daging atau campuran selada. Jika sudah tua dan matang sangat lezat dikonsumsi sebagai buah meja.

Di Timur Tengah maupun Eropa, tiin termasuk buah mewah dan sangat mahal. Dulunya hanya dikonsumsi kalangan bangsawan atau di saat acara-acara istimewa. Seiring dengan majunya teknologi pertanian, kini buah tiin makin mudah didapat dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Di negara-negara Eropa, buah tiin lebih popular dengan sebutan buah fig. Sepintas buah ini memiliki rasa dan aroma yang mirip dengan jambu biji.

Aromanya harum semerbak, teksturnya empuk, rasanya keset, manisnya sedang, sedikit mengandung air dan berbiji banyak. Jika kita mengunyahnya, di dalam rongga mulut akan timbul sensasi menyenangkan karena biji-biji kecilnya yang tergigit. Selain sebagai buah meja, tiin juga sangat lezat dijadikan juice, campuran pudding, isi cake, manisan kering atau dikalengkan dalam sirup gula. Tingginya kandungan pectin, menjadikan buah ini sangat cocok dijadikan sebagai bahan baku selai, jelly, jam, maupun marmalade dengan rasa lezat dan keharuman semerbak.

Pemanfaatan Budidaya Tin Hijau


Buah tin dapat dimakan segar, dikeringkan, atau dibuat selai. Buah yang dipetik harus segera dimanfaatkan karena tidak dapat disimpan lama (mudah rusak). Di Bengali buah tin diolah sebagai sayuran
Harus ditanam ditempat terbuka, tanaman ini sangat suka air, beri pupuk N total 250-500 gr/ tahun yang dibagi dalam 3x atau 4x aplikasi terutama bila dipotkan atau ditanam di pasir

0 comments:

Post a Comment