Pete

Monday 9 March 2015

Pete


pete

Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan tanaman satu ini, tanaman penghasil buah dengan aroma khas. Sebagaian besar masyarakat mengenal petai karena aroma kurang sedap dari buah tanaman ini. Petai atau Pete (Parkia Speciosa) merupakan pohon tahunan tropika dari suku polong-polngan. Tanaman ini tersebar luas di daerah Indonesia bagian Barat. Habitat asli tanaman ini berasal dari daerah India Timur Laut, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia dan Negara kita Indonesia. Tananam petai dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-800 m dpl. Tanaman petai merupakan tanaman menahun dengan pohon mencapai tinggi 30 m, dan kurang bercabang.

Pohon petai memiliki tajuk sangat terbuka, karena keterbukaan tajuknya tanaman ini sangat cocok dibudidayakan secara tumpang sari. Tanaman yang tumbuh dibawah pohon petai mampu tumbuh dengan baik tanpa megurangi produksinya, kecuali tanaman jagung. Jenis tanaman seperti kacang tanah , kedelai, dan empon-empon sangat baik ditanam di bawah pohon petai, tetapi tanaman singkong justru akan menurunkan prouktivitas petai. Buah tanaman petai merupakan bagian yang paling sering dimanfaatkan , sebagai bumbu masakan, atau dimakan mentah sebagai lalapan.

Biji petai dipercaya mampu menjadi obat herbal untuk berbagai penyakit seperti mengatasi Anemia, megurang Stres, menyehatkan Mata, memperbaiki Mood, meningkatkan kosentrasi, mengurangi tekanan darah tinggi atau Stroke, dan melancarkan pencernaan. Karena memiliki manfaat berlimpah, maka banyak masyarakat menggemari buah tanaman ini. Oleh sebab itu pembudidayaan tanaman petai dalam pandangan aspek ekonomi bisa menguntungkan.

Karakteristik Tanaman Pete


Sebagaimana tanaman perkebunan lainnya, ada beberapa karakteristik yang dimiliki petai yang harus anda ketahui jika anda memutuskan untuk memulai budidaya tanaman ini. Pohon petai biasanya memiliki tinggi antara 5 sampai 25 meter. Jenis pohon petai adalah pohon berkayu dengan bentuk tajuk yang sangat terbuka. Buah petai berbentuk panjang dengan 10 sampai 18 biji petai di tiap buahnya.

Tanaman ini dapat tumbuh subur pada lahan dengan ketinggian 10 sampai 800 meter dari permukaan laut. Budidaya petai biasanya dilakukan dengan teknik monokultur. Namun tak jarang petani petai yang menanam tanaman ini dengan teknik tumpang sari. Tanaman yang biasanya dibudidayakan secara tumpang sari dengan tanaman petai antara lain adalah keladi dan kacang tanah.

Proses Penanaman


Proses penanaman harus dilakukan dengan seksama. Cara tanam akan menentukan kualitas tanaman petai yang anda budidayakan. Penanaman di lahan yang telah disiapkan dilakukan apabila bibit telah berusia minimal 6 bulan. Penanaman idealnya dilakukan pada musim penghujan. Pilihlah bibit yang sudah memiliki daun yang tua.

Ambil bibit perlahan-lahan dari polybag. Usahakan tanah yang melekat pada akar tidak sampai pecah. Tanam bibit pada lubang tanam yang telah disiapkan dan timbun lubang dengan tanah. Pastikan untuk memadatkan tanah timbunan dan usahakan penimbunan tidak menutupi bekas okulasi karena hal tersebut akan dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur pada batang. Hal terakhir yang harus dilakukan dalam cara menanam bibit petai adalah menyiram tanah dengan tujuan merapatkan pori-pori tanah.

Proses Perawatan


Proses terakhir yang perlu dilakukan dalam cara budidaya tanaman petai adalah perawatan. Pada dasarnya, tanaman petai adalah jenis tanaman yang tidak terlalu memerlukan perawatan khusus. Anda hanya perlu menjaga kebersihan kebun dari gulma serta memastikan tanaman mendapatkan pengairan yang cukup hingga tanaman berukuran cukup besar. Selain itu, jika diperlukan anda juga dapat melakukan proses pencegahan hama.

Salah satu bagian terpenting dalam perawatan adalah pemberian pupuk secara berkala. Jenis pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk kandang. Anda dapat memberikan pupuk setelah tanaman berumur 4 bulan. Cara pemberian pupuk yang baik adalah dengan membuat lubang di sekitar akar lalu meletakkan pupuk di dalam lubang tersebut kemudian menimbun kembali lubang tersebut dengan tanah.

0 comments:

Post a Comment